Kita
membentuk pola perilaku sejak lahir. Jadi sifatnya menetap dan bertahan.
Misalnya,
pola makan kita. Ketika kita masih bayi, kita menangis karena berbagai sebab:
kehausan, kepanasan, kedinginan, kesepian, ingin dipeluk, melatih paru-paru,
mengompol, ingin mainan, minta perhatian, dan seterusnya. Pada saat menangis,
sering kali, kita diberi makan. Maka terbentuklah asosiasi mengenai
penyelesaian semua masalah tersebut, yaitu dengan memasukkan sesuatu ke dalam
mulut kita. Karena itu, jika Anda merokok, minum atau makan berlebihan, Anda
tidak perlu bersusah payah mencari asal-usul program anda.
Pada
saat merasa frustasi, kesepian, atau tertekan, Anda tahu mengapa salah satu
“lampu penerang” terbesar dalam hidup Anda adalah lampu yang berada di dalam
lemari es. “Penyelesaian” dengan botol minuman atau rokok berasal, sebagian,
dari kondisi serupa.
Demikian
pula, banyak karakter kita pada saat ini terbentuk dari pengalamn di awal masa
kanak-kanak kita. Dimasa itu pikiran kita begitu terbuka dan kosong: kita
menyerap segala informasi bagaikan spons. Karena hubungan kita yang pertama
adalah dengan orangtua kita, pengaruh mereka terhadap hidup dan hubungan kita
di kemudian hari sangat besar. Dengan sadar sering kali tanpa sadar kita
menciptakan pola yang merefleksikan pengalaman kita bersama mereka.
Misalnya:
·
Kita menjalani hubungan dengan orang
yang mirip dengan orang tua kita. Misalnya, tanpa kita sadari, kita bekerja
dengan atasan atau membangun persahabatan dengan orang yang mirip ayah atau ibu
kita.
·
Kita menjalian hubungan dengan orang
lain yang merefleksikan hubungan orang tua kita dengan orang lain. Jika orang
tua kita lembut dan penuh kasih, kita akan cenderung memiliki sifat yang
serupa. Jika mereka sering meyakiti hati orang lain, kita pun akan menyerap
sifat itu.
·
Kita mencari pasangan yang mirip ayah
atau ibu kita. Hal ini tidak kita lakukakn satu atau dua kali, tetapi
berkali-kali. Ini bisa disebabkan karena kita membentuk gambaran bawah sadar
sejak kanak-kanak yang mengatakan, misalnya. “pria sejati adalah yang tinggi,
kulitnya gelap, dan pendiam” (seperti ayahku) atau “wanita seharusnya tidak
begitu tinggi dan perilakunya terpuji,” (seperti ibuku). Tanpa sedikit pun
menyadari semua ini, kita lalu mencari pasangan yang sesuai dengan gambaran
itu.
Kualitas
hubungan kita dengan orang tua kita juga membentuk pola hubungan kita dengan
orang lain. Jika sewaktu masih kecil kita mengalami rasa bersalah atau
pengabaian, maka selanjutnya kita akan terus menarik dan berhubungan dengan
orang yang memperlakukan kita sebagai orang “jahat”. Demikian pula jika kita
memperolah kasih saying dan perhatian di masa kanak-kanak, maka, ketika dewasa,
kita akan cenderung tertarik pada orang yang memperlakukan kita dengan penuh
hormat. Singkatnya, kita menarik apa yang kita harapkan, dan dunia akan
memperlakukan kita sesuai dengan yang kita inginkan.
Kita
tidak membicarakannya secara mendalam di sini. Bagaimanapun juga, dengan
mengenali masalhnya, kita berarti telah memecahkan separuh dari masalah itu.
Anda perlu menyadari pola Anda dan memiliki gambaran mengenai penyebabnya.
Jadi
kita tidak pernah terikat dengan pola. Pola lama mungkin bertahan tetapi tidak
berarti tak bisa dihilangkan. Tetaplah berpikir positif tentang diri dan
kondisi Anda. Disiplin mental dalam masalah ini mungkin tidak mudah, tetapi
sangat besar manfaatnya. Anda harus selalu mengemukakan sisi-sisi baik diri
Anda dan terus-menerus membayangkan hidup Anda berjalan seperti yang Anda
inginkan. Anda akan menciptakan pola kebahagiaan yang baru.
Dengarkanlah
kaset-kaset yang membangkitkan motivasi dan lahaplah buku-buku tentang
kesuksesan. Belajarlah dari kaset yang memperdengarkan ketegasan dan
lewatkanlah waktu berasama-sama orang yang bisa Anda timba ilmunya. Anda bisa
menuliskan lagi pola-pola menjadi orang yang Anda inginkan.
0 komentar