Kerajaan Amabi Oefeto

Amabi adalah salah satu kerajaan tradisional di Timor Barat  provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia . Dari setidaknya abad ketujuh belas untuk tahun 1917, Amabi memainkan peran dalam persaingan antaraPortugis dan Belanda kolonial di pulau Timor.
Menurut laporan tradisional, garis dinasti Amabi ini terkait dengan  kerajaan terkemuka Timor Barat Sonbai , dan kerajaan dari Wehali Tetun di bagian selatan-tengah Timor. Melalui upaya misionarisDominikan di awal abad ketujuh belas, kerajaan ini bersekutu dengan kepentingan Portugis di Timor. Namun ada 1655, raja Amabi, bersama-sama dengan yang Sonbai, beralih sisi dan membuat aliansi denganBelanda East India Company (VOC), yang telah didirikan sendiri di Kupang dua tahun sebelumnya. Belanda dan sekutu baru mereka segera terbukti sangat berhasil terhadap  Portugis di Timor. Pada tahun 1657 raja Amabi kedua dibunuh pada pertempuran Gunung Mollo di pedalaman Timor Barat. Pada September 1658 sebagian besar penduduk Amabi melarikan diri ke Kupang untuk menghindari musuh-musuh mereka, dan diizinkan oleh Belanda untuk tinggal dekat dengan benteng di Eropa. [1] Bagian dari populasi tinggal di pedalaman. Masyarakat Amabi Oefeto, lantas memasukkan diri ke dalam kerajaan Amarasi, yang pada gilirannya adalah pengikut dari Portugal.
Komunitas pengungsi Amabi ternyata menjadi sekutu setia subordinasi VOC. Bersama dengan kerajaan Kupang, Sonbai kecil, Amfo’an dan Taebenu, mereka merupakan tulang punggung dari strategi Belanda di Timor. Selama sebagian besar abad ketujuh belas dan kedelapan belas mereka melancarkan perang skala kecil terhadap pemerintah-klien Portugis, di Amarasi. Peran ini kurang penting setelah 1749, ketika cengkeraman Portugis di Timor Barat hilang. Ketika Belanda menerapkan kendali penuh atas wilayah-wilayah pedalaman Timor Barat pada awal abad kedua puluh, peran pelindung kerajaan Amabi kecil menjadi jelas. Melalui reorganisasi administratif, Amabi digabung dengan empat kerajaan lainnya pada tahun 1917, ke landschap zelfbesturend (swa-penguasa wilayah) Kupang. Sampai tahun 1962, mantan penguasa Amabi memegang fungsi fettor (sub-penguasa) tanah lamanya. Pada tahun itu, pemerintah Indonesia republikmenghapuskan sistem kerajaan tradisional. Pada tahun 1949, populasi Amabi terdiri dari  10.767 orang.

ref :http://aklahat.wordpress.com/2011/10/22/sejarah-amabi-oefeto-dibalik-kisah-petualangan/
Load disqus comments

0 komentar