Seharusnya,
jiwa – jiwa Islamlah
yang
membuktikan dengan
kepala
dan mata sendiri betapa
firman-firman
Allah agung tak
terkira.
Tentang susunan tata
surya
yang digambarkan bagai
kelopak
mawar yang merekah.
Tentang
langit-langit yang
terbentang
tanpa tiang
penyangga.
Tentang planet-planet
yang
tergantung mengawang
tanpta
tambang yang
mengikatnya.
Ada perasaan iri yang mencekik membaca
berita tentang antariksawan Eropa yang berhasil mendaratkan ekspedisi terjauh
di luar angkasa. Huygens, begitu ekspedisi itu diberi nama. Sebuah pesawat
kecil, setelah melakukan perjalanan luar angkasa selama tujuh tahun lamanya,
ekspedisi itu mendarat mulus di Titan. Bulan terbesar planet Saturnus.
Tujuh tahun adalah waktu yang begitu
lama untuk menempuh perjalanan sepanjang 1,3 milyar kilometer. Dan kini piranti
kecil itu mendara, lalu merekam semua yang terjadi di Titan. Ada angin yang
menderu. Ada cairan yang mengalir di Titan. Semua itu tergambar dan dianalisa
dari hasil 350 foto yang dikirmkan Huygens ke Bumi. Cairan itu bukan ari tapi
metan cari. Dan tak mungkin ada air, sebab temperature di Titan terlampau
dingin. Minus 179 derajat Celsius.
Titan, atau yang seharusnya dibaca ty tun adalah satu satelit dari 33 benda
langit yang mengelilingi planet Saturnus. Pertama kali ditemukan oleh astronot
Belanda, Christian Huygens pada tahun 1655. Dan hasil dari ekspedisi itu
memberikan hasil, secara meteorology dan geologi, Titan hamper mirip seperti
Bumi.
Selain temuan-temuan baru dalam bidang
astronomi, sebagai seorang Muslim, perjalanan ini memberikan hikmah lain yang
seharusnya bias segera kita tangkap.
Hikmah itu adalah daya jelajah. Kekuatan
berkelana. Barat dan segala pencapaian ilmu pengetahuanya, memiliki daya
jelajah yang sangat tinggi. Daya jelajah itu pula yang sebenarnya memberikan
inspirasi ilmu pengetahuan yang mereka peroleh kini.
Seharusnya, kitalah yang mampu mengirim
ekspedisi ke luar angkasa. Seharusnya, ilmuwan-ilmuwan Muslim yang telang
dibekali pemahaman Al-Quran yang terbang menjelajah
galaksi. Seharusnya, jiwa-jiwa Islamlah yang
membuktikan dengan kepala dan mata sendiri betapa firman-firman Allah agung tak
terkira. Tentang susunan tata surya yang digambarkan dalam surat bagaikan kelopak
mawar yang merekah. Tentang planet-planet yang tergantung mengawang tanpa
tambang yang mengikatnya.
Seharusnya kita yang kesana. Atau setidaknya,
seharusnya Muslim yang mempelajari itu semua. Untuk membarikan manfaat pada
semesta. Untuk memberikan berkah pada manusia. Karena memang kita seharusnya
menjadi rahmat yang menjelma nyata.
Tapi lacur, ternyata daya jelajah umat
ini begitu rendah. Ditambah lagi, daya tahan mereka pun begitu lemah. Sampai kapan? Harus kita akhiri dengan segera. Lahirkan generasi baru yang meretas jalan lebih terang dan cahaya.***
0 komentar