Politik
memang seni
Kemungkinan,
hari ini roda di
Atas
pasti ada pula saatnya roda
Dibawah.
Hari ini yang menang
bisa
menjadi kalah. Tapi tidak
pernah
ada selubung kepura-
puraan.
Yang baik tak pernah
bercampur
dengan yang buruk.
Yang
benar tak pernah larut
Dalam
kesalahan. Musang akan
Selalu
musang, tak pernah bisa
Meyaru
sebagai ayam.
Kemungkaraan
akan selalu disebut
Kemungkaran,
tanpa harus
Memelintir
fakta dan kenyataan.
Kata orang, politik
adalah seni kemungkinan. Segala sesuatu memungkinkan terjadi dalam politik. Tak
ada yang tak mungkin. Luka bisa dibalut dengan senyuman. Pedih bisa diselubung
dengan gelak tawa. Musang bisa berbulu domba. Kebaikan dan keburukan bisa
bersatu dalam dekapan. Semua kemungkinkan dalam politik.
Kata orang, tak ada
yang abadi dalam laku politik. Hari ini menang bisa jadi kalah. Bisa juga
pecundang jadi penguasa. Hari ini teman bisa jadi lawan. Besok karib bisa juga
ditikam. Tak ada yang abadi dalam politik kecuali kepentingan untuk meraih
kemenangan dan kekuasaan yang lebih tinggi dan besar.
Kata oran, system
politik yang efektif adalh membuat orang ketakutan. Semakin besar ketakutan
seseorang pada kekuasaan, semakin besar pula kemungkinan untuk bertahan.
Semakin luas ditanamkan rasa gentar, maka semakin besar pula akan dituai
kesetiaan. Maka para penguasa, akan lebih senang menciptakan rasa takut
ketimbang rasa sayang. Mereka lebih percaya pada kekuatan fisik ketimbang
kekuatan cinta. Mereka lebih mengandalkan okol dibandingkan akal yang dipunya.
Penindasa labih dipilih disbanding memelihara.
Tapi tidak demikian
dengan Islam. Politik memang seni kemungkinan, hari ini roda di atas pasti ada
pula saatnya roda di bawah. Hari ini yang menang bisa menjadi kalah. Tapi tidak
pernah ada selubung kepura-puraan. Yang baik tak pernah bercampur dengan yang
buruk. Yang benar tak pernah larut dalam kesalahan. Musang akan selalu musang,
tak pernah bisa menyaru sebagai ayam. Kemungkaran akan selalu disebut
kemungkaran, tanpa harus memelintir fakta dan kenyataan.
Setiap apapun adalah
abadi. Yang berlalu tak bisa kembali. Karena itu salah jika tak ada yang abadi
dalam politik selain kepentingan politik itu sendiri. Lawan tak pernah bisa
jadi kawan, kecuali dengan satu jalan, bertaubat dan mengakui kebenaran. Karib
tetaplah karib dan haram ditikam. Kita harus mengendalikan lalu pikir pada yang
lurus dan benar, bahwa tak bisa dilakukan bermanuver apa saja demi kemengangan.
Siasat boleh, namun culas menjadi haram. Cerdik harus dicari jalannya, tapi
kelicikan harus dibinasakan.
Berbuat karena cinta,
selalu lebih baik dari hasil ketakutan. Politik Islam memiliki prinsip wala wal bara dengan syarat yang jelas,
kebenaran dan cinta. Kebenaran harus ditegakkan, cinta dan salam harus
disebarkan.
Untuk semua itulah kita
ada. Tidak untuk larut dalam semua laku yang salah. Tidak untuk turut pada
semua cara yang bubrah. Dalam kancah politik kita seharusnya seperti ikan yang
tak pernah asin meski hidup di air garam. Tujuan utama tak mungkin dibelokkan
dengan godaan-godaan semua yang memang menggiurkan.
Politik Islam adalah
untuk menegakkan yang hak dan memerangi kemungkaran. Selamanya demikian. Selalu
abadi pertempuran ini. Jangan pernah berkecil hati pada sebutan-sebutan yang
menghinakan. Jangan pula memandang kekuasaan dengan tatap silau kekaguman.
Kekuasaan memang harus direbut untuk menegakkan kebenaran. Membela yang lemah
dan memerangi kemungkaran. Di mana pun kita berada, Muslim selalu punya konsep
yang sama. Satu dalam kebenaran, satu dalam kebaikan, satu dalam keikhlasan.
Karena kita satu, sudah
seharusnya ruang dan waktu tak lagi jadi penghalang. Mungkin kita berbeda
partai, tapi hati kita satu. Mungkin kita berbeda cara namun tatapan pada akhir
jalan kita sama. Kekuatan Muslim harus merebut kekuasaan. Tidak untuk berkuasa
an sich, tapi untuk meninggikan kalimatul haq, dan mengejawantah arti Islam;
menjadi rahmat bagi semsesta alam. ***
0 komentar