Content and Context




Selain tujuan, visi dan
misi yang sempurna,
dakwah perlu tampilan-
tampilan yang menawan.
Selain content yang
memang brilian, kita
juga memerlukan
 penyesuaian atas
context dengan sangat
pintar.



            Tidak seperti biasanya, saya menghabiskan waktu dengan menonton dua partai pertandingan sepak bola. Pertarungan pertama adalah Chelsea melawan New Castle United dengan skor akhir 3-0 untuk Chelsea. Tak lama setelah ini dilanjutkan dengan pertandingan kedua, Manchester United melawan Southhampton. Pertandingan dimenangkan oleh grup Setan Merah dengan angka 2-0.
            Ini benar di luar kebiasaan. Niasanya, saya hanya senang menonton cuplikan gol demi gol yang disiarkan oleh barita olahraga lengkap dengan susunan klasemen sementara. Meski bukan seorang soccer mania, saya melengkapi juga pengetahuan umum saya dengan hal-hal seperti itu. Tentang Laga Italia, Inggris, dan Eropa. Tentang Christiano Ronaldo yang berganti model rambut. Tentang Ronaldinho yang jadi pemain terbaik di Amerika Latin. Tentang berkumpulnya bintang-bintang lapangan hijau dengan nilai transfer yang gila-gilaan. Tak pakar memang, tapi cukup tahu untuk sekedar jadi bahan obrolan.
Tapi ada juga yang menyita perhatian lebih tentang sepak bola ini dan hal itu mengusik rasa keingintahuan gak lebih dalam. Yakni tentang perbedaan antara pemain-pemain di Laga Italia dan Liga Inggris. Perbedaan mereka tidak saja pada tataran passing bola yang panjang atau ritme serang yang cepat. Perbedaan mereka bukan saja pada gaya gocekan bola, atau strategi susunan pemain yang khas. Perbedaan di antara mereka bahwa sampai pada hal-hal yang sama sekali bias disebut sama sekali tak berkaitan denga si kulit bundar. Seperti fashion dan tampilan.
            Kostum pemain-pemain di Liga Inggris, bagi saya tampak biasa saja, seperti layaknya pemain bola. Tapi coba perhatikan dengan gaya dan kostum pemain-pemain Liga Italia. Mereka tampil dengan kombinasi warna yang memikat dan didesain khusus. Begitu juga dengan model dan potongan baju mereka yang tampak lebih chick disbanding pemain Liga Inggris.
            Perhatikan penampilan pemain Liga Inggris, mereka turun lapangan dengan rambut acak-acakan, bahkan seperti orang yang bangun kesiangan dari tidurnya. Sedangkan pemain-pemain di Liga Italia, selain gari wajah mereka yang lebih tajam, ada hal yang membuat mereka lebih tampan saat turun lapangan. Dari informasi yang sempat saya cari, para pemain Liga Italia bahkan sempat melakukan wax atau hair drayer pada rambut mereka, sebagai bagian dari penampilan di lapangan. Walhasil, jika  ada ibu-ibu penggemar bola diminta untuk memilih mana yang lebih tampan antara pemain Liga Inggris dan Italia? Niscaya mereka akan memilih para pemain yang berlaga untuk meraih juara scudetto. Para pemain di Liga Italia.

            Dakwah, begitu juga. Selain tujuan, visi dan misi yang sempurna, dakwah perlu tampilan-tampilan yang menewan, selain content yang memang brilian, kita juga memerlukan penyesuaian atas  context dengan sangat pintar. Berbekal gocekan yang lihai, strategi yang sempurna, kerjasama dan pertahanan yang kuat tak cukup untuk memenangkan jalan dakwah. Penampilan dan potongan, gaya dan penyampaian kini juga menjadi elemen penting yang tak terpisahkan. Setelah itu, kita serahkan semua pada Allah yang Maha Kuasa.***
Load disqus comments

0 komentar