Kata
Imam Syafi’I,
tidak
mungkin
ilmu
didapat,
kecuali
dengan
enam
syarat. Enam
syarat
itu adalah
dzaka,
hirsh,
ishtibar,
bulghah,
irsyadu
ustadzin
dan
thulu zaman.
Imam Syafi’I suatu ketika menggubah
syair. Sebuah syair tentang para pencari ilmu dan syarat-syarat memperoleh
ilmu.
Kata Imam Syafi’I tidaklah munkin ilmu
didapat, kecuali dengan enam syarat. Enam syarat itu adalah dzaka, hirsh, ishtibar, bulghah, irsyadu
ustadzin dan thulu zaman.
Bagiamanapun, seorang pencari ilmu, kata
Imam Syafi’I, harus seseorang yang memiliki kecerdasan, dzaka. Dzaka adalah syarat
yang tak bias ditawar. Begitu pula hirsh,
seorang pencari ilmu harus pula memiliki semangat yang tinggi untuk belajar.
Tanpa semangat, seorang pencari ilmu hanya akan tenggelam dalam cita-cita
palsunya yang tak pernah selesai dibangun. Kecerdasan dan semangat saja, tak
cukup untuk mendapat ilmu yang sempurna. Para pencari harus membekali diri
mereka dengan istibarin, kesabaran
yang luas seperti samudera. Karena, semangat tanpa kesabaran hanya akan membuat
pencari ilu mudah terjerembab pada keputusasaan.
Selanjutnya, Imam Syafi’I juga
menyaratkan bhulghatin, modal atau
bekal. Jer basuki mawa bea, begitu
orang Jawa bilang. Setiap kesuksesan selalu meminta biaya. Kemajian ilmu
pengetahuan, memang bukan tiba-tiba jatuh dari langit. Semua usaha dikaerahkan,
termasuk dana dalam pencarian, penelitian dan sekian banyak percobaan. Dan,
unsure paling penting dalam syarat Imam Syafi’I adalah isrsyadul ustadzin¸ guru yang membimbing. Ilmu, memang bias dicari
tanpa guru. Ilmu mungkin saja didapat tanpa ustadz. Tapi guru dan pembimbing,
tak akan pernah bias tersingkir. Sebab, ilmu bukan hanya soal matematika, tapi
juga soal transfer akhlak, moral dan akidah.
Dan terakhir, kata Imam Syafi’i, dalam
ilmu pengetahuan, tak satu hal pun bersifat instan. Ilmu selalu membutuhkan thulu zaman, perjalanan waktu. Tak ada
ilmu untuk orang-orang yang berpikir instan dan menghendaki hasil seperti mata
yang dikedipkan. Tak ada ruang untuk orang-orang yang selalu ingin hasil
secepat kilat.
Cukupilah enam syarat seperti yang
dicatat oleh Imam Syafi’i. Janganlah berkurang, meski satu saja darinya. Sebab,
semuanya mempunyai kaitan yang sangat erat. Dan akhir dari semua usaha, tentu
dengan tengadah tanan dan berlapang dada, memanjat doa. Semoga Allah, dengan
ilmu yang kita dapat, memberikan kesempatan seluas-luasnya, sehingga kita
bermanfaat bagi umat. Dan memetik kemenangan, di dunia dan akhirat. Semoga Allah
meringankan langkah para pencari ilmu dan meridhainya dengan cahaya di jalan
yang benderang.***
0 komentar