Tujuan
ilmu, sama
sekali
bukan hanya
tentang
kenikmatan
intelektual.
Tujuan ilmu,
bukan
pula mencari
puncak
pencapaian. Tapi,
untuk
memperbaiki
kualitas
hidup, amal dan
menjernihkan
pandangan,
serta
arah kehidupan
Sayyid
Quthb, dalam bukunya Petunjuk Jalan,
menyimpulkan tentang generasi pertama islam. Katanya, para sahabat Rasulullah
adalah generasi Qurani yang unik dan menawan.
Mengapa
unik dan menawan? Itu semua karena sikap para sahabat pada perintah Allah dan
Rasulullah. Baik yang berbentuk wahyu, ayat-ayat Al-Quran, juga hadists dan
sunnah. Bagi muslim, Al-Quran dan Sunnah, tentu saja harus menjadi sebuah
sandaran paling hakiki dari semua ilmu pengetahuan. Tidak saja menjadi sandaran
dan sumber, tapi sekaligus menjadi perintah dan orientasi kehidupan.
Madinah
suatu ketika pernah banjir khamar di penjuru kotanya. Itu semua terjadi, hanya
dalam waktu tak sampai sehari penuh setelah ayat larangan khamar diturunkan.
Semua simpanan dan persediaan, semua kesenangan dan selera pada minuman yang
memabukkan, seketika musnah dengan sikap tunduk dan patuh Sami’na wa atha’na. kami mendengar dan kami taat.
Begitu
juga para sahabat dan penduduk perempuan, kala itu. Ketika ayat untuk menutup
aurat turun, hari masih berada pada masa dhuha. Tapi ketika senja datan, tak
satu pun perempuan yang masih membuka auratnya. Ketaatan memnuhi perintah.
Dab
sikap seperti itu pula yang menjadikan generasi ini unik dan menawan. Sikap itu
pula yang mengantarkan generasi awal itu sebagai generasi emas, generasi
pilihan. Mereka unggul dalam ilmu. Mereka paling depan soal amal. Mereka paling
luhur dalam akhlak dan kebajikan.
Tujuan
ilmu, sama sekali bukan hanya tentang kenikmatan intelektual. Tujuan ilmu,
bukan pula mencari pncak pencapaian. Tapi, untuk memperbaiki kualitas hidup,
amal dan menjernihkan pandangan, serta arah kehidupan.
Ilmu
pun, bukan pula kebenaran yang bersifat mutlak, tak berubah, apalagi kekal.
Kebenaran ilmu pengetahuan jauh berada di bawah kebenaran hakikat, kalamullah, firman Tuhan. Dan Ibrahim
a.s. telah membuktikannya. Secara ilmu, tentu api terasa panas, tidak dingin.
Tapi ketika Allah menghendaki, apapun bias mungkin.
Orang-orang yang mengejar ilmu untuk
ilmu, ilmu itu untuk kepuasan berpikir, dan ilmu untuk menjadi gagah dan
bangga, seperti berjalan dalam labirin pekat yang membuat sesat. Sikap kita
pada ilmu, tentu akan menentukan segalanya. Dan sebaik-baiknya sikap, tentu
saja sikap yang mampu mengubah ilmu menjadi kekuatan yang menyelamatkan. Di
dunia dan di akhirat.***
0 komentar