Mengapa Kita Harus Tahu tentang Pendidikan Seksual?

Mengapa Kita Harus Tahu tentang Pendidikan Seksual? Kaum muda harus paham pendidikan seksualitas. (Foto: Ilustrasi Okezone) JAKARTA - Saat ini, lebih dari 50 persen kaum muda di seluruh dunia aktif secara seksual pada usia 17 tahun. Menurunnya usia awal pubertas di seluruh dunia, usia perkawinan yang semakin tinggi, penyangkalan tentang seksualitas kaum muda di kalangan orang dewasa, menjadi pendorong meningkatnya perilaku seks yang tidak aman.

Oleh karenanya, kaum muda saat ini semakin rentan dengan masalah kesehatan seksual dan reproduksi seperti pelecehan seksual, kehamilan remaja, menjadi ibu pada usia dini, aborsi tidak aman, infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS dan HPV, yang dapat menyebabkan kanker serviks atau kanker rahim.

Country Representative Rutgers WPF, Monique Soesman mengatakan kaum muda harus tahu apa itu pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi komprehensif. Dengan adanya pendidikan seksualitas itu, kaum muda mendapatkan informasi, pengetahuan, dan skill.

"Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 136-137 Tentang Kesehatan Remaja, pemerintah memberikan informasi untuk remaja mengetahui seksual edukasi. Ini semua inisiatif yang baik, kita punya tantangan dalam membuat komprehensif seksualitas," ujarnya di Hotel Oria, Jakarta Pusat, Jumat (13/6/2014).

Lebih lanjut, Rutgers WPF Indonesia telah mengembangkan berbagai modul yang sudah dievaluasi efeknya, dampaknya, dan impactnya terhadap masyarakat.

"Yang sudah dilakukan adalah training. Yang jelas training mengupdate terus menerus, dan beberapa modul ini sudah diimplementasikan ke daerah. Kami belajar dan untuk mendapat support dari UU atau regulasi serta masyarakat, semuanya harus bekerja untuk mengimplementasikan," ucapnya.

Monique sangat menyayangkan, banyak masyarakat yang berpikir bahwa dengan adanya pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi komprehensif ini, malah justru cenderung untuk melakukan seks. Padahal untuk komprehensif seksualitas.

ref:okezone.com
Load disqus comments

0 komentar