Riwayat pendidikannya dimulai dari sekolah HIS (sekolah rakyat yang didirikan Belanda) kemudian melanjutkan di sekolah MULO (sekolah setingkat SMP) dan AMS (sekolah setingkat SMA). Selesai AMS beliau melanjutkan studinya di STOVIA (sekolah kedokteran Belanda) dan GHS. Abdulrahman Saleh aktif dalam pergerakan sosial dan kepemudaan selama menjadi mahasiswa STOVIA. Ia juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain itu, ia juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada 11 September 1945. Tahun 1946 Abdulrahman Saleh diangkat menjadi komandan pangkalan angkatan udara di Madiun. Ia berpartisipasi mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio di Malang. Selama menjadi tentara ia tetap aktif mengajar di Pergurun Tinggi Dokter Kalten Jawa Tengah.
Abdulrahman Saleh meninggal ketika pesawat Dakota VT-CLA yang dibawanya ditembak dua pesawat P-40Kitty Hawk Belanda di lapangan udara Maguwo sekembalinya dari Singapura dengan membawa obat-obatan. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto.
Abulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 Nopember 1974. Pada tanggal 14 Juli 2000 atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrahman Saleh, Adisucipto, dan para istri mereka dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta.
Referensi:
http://biografiteladan.blogspot.com/2011/02/biografi-marsekal-muda-abdulrahman.html
0 komentar